HIKMAH BERGANTINYA SIANG DAN MALAM


Oleh: Enny Ummu Almira

Masih dalam suasana bulan penuh berkah, bulan Ramadan. Pada bulan-bulan biasa kita bisa mentadaburi alam, betapa Allah Maha Kuasa menciptakan langit dan bumi, siang dan malam serta gelap dan terang. Yang kesemuanya pasti ada hikmahnya bagi orang-orang yang mau berfikir.

Dalam Surat Al Isra’, Ayat 12 yang berbunyi:

وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ ۖ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلًا
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. (QS. Al-Isra' Ayat 12)

Pertama, Allah menciptakan malam agar manusia bisa beristirahat dengan nyaman dan tenang. Setelah dari siang beraktivitas dan menguras energi. Menurut Imam Ar Razi dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa Allah menjadikan malam sebagai karunia nikmat-Nya, supaya manusia terhindar dari kejaran musuh-musuhnya, serta untuk menyembunyikan atau menutupi dari hal-hal yang tak layak dipublikasikan. Dengan ditandai adanya sinar rembulan yang tidak terlalu menyengat dan bersifat sejuk.

Kedua, diciptakannya siang, agar manusia berusaha untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, karena waktu ini baik untuk berinteraksi dengan yang lain.

Imam Thobari menjelaskan ayat diatas bahwa diantara nikmat Allah yang diberikan kepada manusia adalah Allah membedakan tanda-tanda waktu siang dengan adanya pancaran sinar matahari sehingga menjadi terang dan malam hari ditandai dengan mulai gelap gulita, supaya manusia bisa menggunakan kedua waktu ini dengan baik agar tujuan hidupnya tercapai.

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jumu’ah Ayat 10).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَهُ مَا سَكَنَ فِي اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-An'am 6: Ayat 13)

Allah sebagai pemilik langit dan bumi menegaskan bahwa seluruh makhluk berada dalam pengaturan-Nya. Dan milik-Nyalah, segala apa yang ada pada malam dan siang hari, yang bergerak maupun yang diam, yang terlihat maupun yang tersembunyi karena Dia yang menciptakan dan mengatur semuanya. Dan Dialah Yang Maha Mendengar ucapan hamba-hamba-Nya, dan Maha Mengetahui apa yang ada pada seluruh hambanya, baik yang dinyatakan secara terbuka maupun yang tersembunyi di dalam lubuk hati.

Ketiga, memudahkan perhitungan dalam kalender. Adanya siang malam ini sebagai penentu hitungan hari, bulan, dan tahun atau mempermudah dalam perhitungan dalam kalender, sehingga manusia mampu mengingat, mencatat kejadian yang penting dalam sejarah hidupnya, misalnya tanggal pernikahan, kelahiran seseorang, atau momen yang lain.

Dalam bulan Ramadan sendiri siang dan malam adalah istimewa di mana yaitu mempunyai kesempatan untuk di maafkan atau diampuni dosa-dosanya. Maka tidak heran jika ada yang mengatakan rugi bahkan celaka orang yang mendapati bulan Ramadan, tapi tidak diampuni dosa-dosanya.

Jika pada bulan-bulan lainnya, waktu yang istimewa adalah saat sepertiga malam terakhir di mana Allah turun ke langit dunia.

Dikutip dari buku Jangan Takut Hadapi Hidup karya Dr Aidh Abdullah Al-Qarny, Allah Ta'ala berfirman, ... وَٱلْمُسْتَغْفِرِينَ بِٱلْأَسْحَارِ "...dan yang memohon ampun di waktu sahur." (QS Ali Imran ayat 17).

Mengapa sepertiga malam terakhir menjadi istimewa, karena selain pada waktu itu Allah turun ke langit dunia (bumi), juga karena di saat orang-orang tidur terlelap dan sedang nyenyak-nyenyaknya, jika ada seorang yang terbangun, maka Allah berjanji:

Adakah orang yang mau meminta? Maka aku akan memberinya. Adakah orang yang mau berdoa? Maka aku akan mengabulkannya. Adakah orang yang meminta ampunan? Maka aku akan mengampuninya.” (HR Bukhari dan Muslim) .

Turunnya Allah Subhanahu wa Ta'ala ke langit dunia yang dimaksud dalam riwayat tersebut adalah turun yang layak dan sesuai dengan keagungan-Nya. Manusia tidak tahu bagaimana prosesnya, dan tidak bisa menyerupakan atau mengira-ngira sesuai dengan akal. Karena Allah Ta'ala berfirman,

...لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Mahamelihat...” (QS Asy Syura ayat 11)

Mereka selalu meminta ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala pada waktu Sahur, waktu di pengujung malam. Mereka senantiasa meminta ampunan, karena hanya seorang Muslim yang meminta ampunan kepada-Nya di pengujung malam.

Momentum istimewa tersebut tentu sangat sayang jika dilewatkan. Padahal, pada waktu itu ampunan dan segala permohonan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengar langsung dan Allah akan kabulkan.

Dengan demikian, betapa bijaksananya jika setiap Muslim menata hidupnya sedemikian rupa sehingga pada akhir malam dapat meraih kemuliaan yang dapat menjadi solusi segala macam problematik hidup yang dihadapinya.

Keistimewaan yang sedemikian ini menjadikan Rasulullah ﷺ tak pernah mau meninggalkan akhir malam melainkan dengan sholat, sekalipun diirnya dalam keadaan kurang sehat.

Memang bagi yang belum terbiasa dan bukan orang pilihan akan sulit mengamalkan amalan ini, tapi tidak ada salahnya di bulan Ramadan ini kita jadikan sebagai sarana latihan bangun malam.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan In-Feed (homepage)

" target="_blank">Responsive Advertisement