Oleh: Wina Fatiya
Hari pertama puasa Ramadan tahun ini kami lewatkan tanpa sahur. Hal itu karena kami baru membaca informasi hilal ketika azan subuh berkumandang.
Sehari sebelumnya, kami pergi seharian sehingga energi banyak terkuras dan malamnya tidur sangat pulas karena kelelahan. Namun demikian aku dan anak-anak berusaha untuk menjalani puasa hari pertama dengan optimal. Alhamdulillah si Sulung tuntas sampai maghrib dan si Tengah sampai ashar
Alhamdulillah juga sebelum tidur kami sudah berniat puasa jika esok hari terlihat hilal.
Lain halnya dengan cerita sahur di hari kedua. Anak-anak bangun ketika aku baru mulai memasak. Bahkan si Bungsu ikuta-ikutan bangun menghebohkan suasana sebelum subuh itu.
Ketika kutanyakan, kenapa mereka bangunnya awal sekali, dengan polosnya mereka menjawab bahwa mereka ingin mengetahui berkah itu seperti apa. Benar tidak jika mereka bangun dan makan sahur makan mereka akan dapat berkah.
Akupun tergelitik mendengarnya. Entah benda seperti apa berkah itu dalam bayangan mereka, sampai-sampai mereka begitu penasaran dan membuat social experiment mereka sendiri.
Memang sehari sebelumnya kami lama berbincang tentang sahur dan seluk beluknya. Ku katakan pada mereka bahwa siapa yang bangun untuk makan sahur akan dapat berkah Dari Allah ﷻ. Sebagaimana hadis dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu. Dia berkata, Nabi ﷺ bersabda,
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095).
Akhirnya aku jelaskan kepada mereka sembari menggoreng tahu putih kesukaan si Bungsu tentang apa itu berkah. Aku menggoreng tahu pakai minyak, bukan pakai air seperti video-video viral yang menyindir cara memasak dengan menggoreng.
Aku jelaskan bahwa berkah itu ada yang terlihat dan ada pula yang hanya terasa namun tidak terlihat. Makna berkah itu sendiri adalah ziyadatul khair, yakni "bertambah-tambahnya kebaikan". Definisi ini Menurut Imam Al-Ghazali.
Sedangkan menurut Imam Nawawi berkah itu artinya tumbuh, berkembang, atau bertambah; dan juga kebaikan yang berkesinambungan.
Jadi segala macam kebaikan yang kita rasakan bertambah, itu adalah berkah dari Allah ﷻ.
Aku contohkan jika waktu kecil belum bisa berpuasa, kini setelah besar sanggup berpuasa bahkan tuntas sampai maghrib, itu adalah berkah. Sudah diberi raga yang kuat dan sehat, sudah diberi kesempatan usia, sudah diberi makanan untuk sahur dan berbuka, sudah diberi rezeki sehingga bisa beribadah itu semua adalah berkah.
Aku menambahkan penjelasan bahwa ada lho berkah terbesar bagi seorang Muslim, berkah itu adalah berkah iman dan Islam. Seketika itu mereka terdiam mencerna penjelasanku. Kemudahan kita untuk taat melaksanakan perintah Allah ﷻ, itu juga merupakan berkah.
Nah, kesimpulannya adalah berkah itu pasti diberikan Allah ﷻ kepada hambanya yang taat. Masalahnya berkah itu diberikan dalam bentuk yang jarang disadari. Oleh karena itu kita harus pandai-pandai menjaring hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi pada kita atau di sekitar kita.
Aku katakan kepada mereka bahwa berkah itu mudah diidentifikasi jika kita sering bersyukur. Siapa saja yang pandai bersyukur atas segala hal, maka akan mudah mencari kaitan hikmah dan berkah.
Akhirnya merekapun setuju untuk selalu mensyukuri apapun yang dimiliki. Mereka juga ingin menjadi orang yang mendapatkan berkah sahur seperti yang ada dalam hadis sebelumnya.
Allah ﷻ menjanjikan di dalam Al-Qur'an bahwa orang-orang yang pandai bersyukur akan Allah tambahkan nikmatnya berkali-kali lipat apalagi di bulan Ramadan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".” (QS. Ibrahim: 7).
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Post a Comment