PENTINGNYA MAFAHIM ISLAMIYAH


Oleh: Yuliati Sugiono

Ada hubungan antara fakta dengan aktivitas berpikir. Secara bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pemikiran. Maka manusia berbicara pasti punya maksud. Apabila ada obyek berupa fakta eksternal, sesuatu yang bisa diindra dan akal bisa memahaminya, maka pemikiran ini menjadi mafhum (faham) bagi orang yang berpikir.

Jika pemikiran tidak mempunyai obyek maka manusia tidak bisa berpikir, tidak mempunyai mafhum karena panca indra tidak bisa mengindranya. Maka pemikiran Plato itu bukan mafahim (persepsi atau konsep) karena pemikiran tentang Republik tidak ada fakta yang bisa diindra (dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat).

Maka pemikiran itu supaya menjadi mafahim harus ada fakta, dimana akal bisa memahami fakta ini secara langsung. Atau jika tidak ada fakta tapi akal tetap bisa memahami dari pengaruh atau penampakannya. Contohnya manusia mempunyai gharizah (naluri), dimana gharizah ini tidak terlihat, indra tidak bisa menyentuhnya tapi indra bisa memahami penampakannya. Ini terlihat dari bagaimana manusia mencintai keluarganya, laki-laki tertarik kepada perempuan dan sebaliknya.

Jadi akal bisa langsung melihat atau tidak melihat tapi bisa memahami dari penampakannya.

Ruh itu sirul hayah (rahasia hidup/nyawa), tidak kelihatan, tapi penampakan ada. Berkembang biak, tumbuh, bergerak, merupakan ciri makhluk hidup yang masih memiliki ruh.

Madzhar dimana mafhum tentang hal yang ghaib tentang jannah dan neraka, tidak bisa dilihat bekas-bekasnya (Atsarnya). Jadi mengimaninya melalui jalan dalil naqli. Dari Al-Qur'an dan hadits mutawatir, yang menunjukkan dalil qothi.

Qothi tsubut qothi dilalah memahami dari wahyu. Contoh kasusnya, setiap kali kulit hangus diganti dengan kulit baru. Kulit adalah indra perasa tujuannya agar manusia merasakan azab. Bagi yang muslim Allah ﷻ masukkan ke surga. Di surga tidak ada sifat buruk, tidak ada rasa capek, jumlah perempuan 2x lebih banyak daripada laki-laki dan selalu dalam kondisi suci.

Pohon di akhirat digambarkan 100 tahun jika kita berjalan dibawahnya belum selesai teduh dari naungannya. Adanya malaikat mempunyai sayap dua maupun empat. Itu semua tidak bisa dilihat atsarnya (bekas-bekasnya). Jadi mengimaninya dari dalil naqliyah.

وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS. Al-Baqarah: 154).

Demikian pula dalam surat Al-Baqarah diatas dijelaskan bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah yaitu orang yang mempertahankan Islam dengan mengorbankan nyawanya, maka mereka tidak mati melainkan tetap hidup di alam kuburnya dan mendapatkan rezeki dari Allah ﷻ.

Ruh-ruh mereka bersemayam dalam burung-burung hijau yang bergelantungan di pohon surga menunggu hari kiamat tiba dimana ruh itu dikembalikan kepada jasadnya.

Tingkah laku manusia terikat dengan mafhumnya. Karena mafahim ini kontrol standar perilaku manusia. Bila ingin merubah manusia dari tingkah laku rendah ke tinggi maka ubahlah mafahimnya tentang kehidupan dari yang rendah ke tinggi.

Mafahim Islam adalah pemahaman paling tinggi di dunia karena berasal dari Allah ﷻ. Jadi harus dijelaskan agar menjadi pengontrol perilaku kaum muslimin dalam kehidupan.

Jauh sebelum Islam datang orang Arab sudah terkenal suka berperang. Mereka berperang antar kabilah antar suku. Tidak peduli mana yang benar mana yang salah, standarnya selama sesama suku, pasti dibela habis-habisan. Sehingga bangsa Arab terkenal barbar. Kehormatan suku dan nama baik kabilah harus dijaga. Jangankan antar suku, punya bayi perempuan pun dikubur hidup-hidup karena malu.

Maka ini kehidupan dengan perilaku yang rendah karena pemikirannya rendah.

Setelah Islam datang tidak otomatis meniadakan perang tapi mengarahkan perang itu untuk tujuan yang mulia yaitu meraih rida Allah ﷻ dengan mati syahid. Inilah perilaku yang tinggi setelah berubah pemikirannya.

Kembali kepada ruh dengan makna sirul hayah, apa sebenarnya ruh?

Datanglah wahyu yang menjawab ruh itu urusan Tuhan yang manusia tidak ada pengetahuan tentangnya. Allah meniupkan ruh pada manusia. Ruh dari ciptaan-Nya bukan bagian dari Allah. Ruh itu makhluk dengan perintah dari Allah. Manusia tidak bisa memahami fakta ruh. Tapi penampakannya bisa dilihat. Adanya pertumbuhan, bergerak, berkembang biak adalah penampakan ruh. Selama bisa tumbuh, bergerak berkembang biak maka ada ruh (hidup). Jika tidak ada maka dia mati.

Allah ﷻ meletakan ruh pada Adam, memerintahkan untuk hidup. Jadilah ruh ini tersebar dari manusia satu ke yang lain dengan pembuahan yang terjadi antara air mani sperma dengan sel telur. Mulailah berkembang dan tumbuh sampai jadi manusia sempurna.

Ruh adalah rahasia kehidupan dan merupakan ciptaan Allah ﷻ yang merupakan materi, maka materi punya potensi bertumbuh dll. Allah ﷻ juga bisa menghilangkan potensi dengan mencabut ruh. Jadi ruh itu utusan Allah, bukan bagian dari Allah ﷻ.

Adapun ruh yang diklaim orang barat Yunani, ruh itu bagian dari manusia. Karena manusia terdiri dari materi dan ruh (zat Allah). Apabila ruh lebih dominan maka dia akan tinggi (menjadi seorang yang sholeh). Perilakunya sempurna, tapi bila yang lebih dominan itu materi, maka tingkah lakunya rendah (menjadi ahli maksiat).

Ini pendapat keliru. Maka ruh yang membuat derajat seseorang tinggi itu diluar kekuasaan manusia, padahal derajat seseorang bisa diusahakan manusia. Datang dari kekuatan yang lebih tinggi yaitu Allah. Bisa diambil bisa tidak oleh manusia. Yaitu tergantung ruh idrak silah billah (kesadaran seorang hamba akan hubungannya dengan Allah).

Manusia punya hubungan dengan Allah ﷻ. Pemahaman hubungan ini menjadikan amalnya sesuai perintah dan larangan Allah ﷻ. Itulah yang disebut ruhaniyah. Perasaan manusia terhadap kehebatan sang Pencipta. Jika perasaan ini selalu ada maka manusia hidup dalam jawul iman (suasana keimanan).

Aspek kerohanian adalah segala sesuatu pemahaman makhluk dalam menyadari adanya pencipta. Bagaimana gunung ditegakkan, bagaimana bumi dihamparkan. Ini dalam rangka memperkuat ruh tentang siapa diri mereka.

Islam meminta kepada muslim untuk menggabungkan materi dan ruh. Terikat perintah dan larangan. Ini jalan Allah ﷻ yang lurus, ikuti saja. Sudah ada panduannya. Bila terikat maka itu sudah menggabungkan materi dengan ruh. Maka dia punya idrak silah billah.

Inilah ruh yang disebut dengan sirul hayah, idrak silah billah, suur perasaan. Dengan ini kita menajamkan kembali pemahaman dan keyakinan kita.

Hanya kepada Allah ﷻ kita berdoa agar menjadi cahaya kecil dan menerangi serta mensucikan mafhum umat dari kotoran-kotoran yang menyelimuti. Sehingga bening, bersih dan suci. Membuat tingkah lakunya sesuai dengan yang diinginkan Allah ﷻ.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan In-Feed (homepage)

" target="_blank">Responsive Advertisement